manajemen arus kas

7 Tips Manajemen Arus Kas untuk UMKM agar Bisnis Tetap Lancar dan Terkendali

Table of Contents

Sudahkah manajemen arus kas bisnis Anda mendapatkan perhatian yang cukup serius?

Sering kali dianggap sepele, padahal mengelola arus kas sangat penting untuk keberlangsungan usaha, lho.

Apa Itu Manajemen Arus Kas dan Kenapa Penting?

Manajemen Arus Kas (Cash Flow Management) adalah proses melacak, menganalisis, dan mengoptimalkan jumlah uang tunai (kas) bersih yang masuk (penerimaan) dan keluar (pengeluaran) dalam sebuah bisnis atau bahkan keuangan pribadi selama periode waktu tertentu.

Secara sederhana, ini melibatkan:

  1. Arus Kas Masuk (Cash Inflows): Uang yang diterima. Misalnya, dari penjualan produk/jasa, pelunasan piutang oleh pelanggan, penerimaan pinjaman, investasi, dll.
  2. Arus Kas Keluar (Cash Outflows): Uang yang dibayarkan. Misalnya, untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembayaran utang, biaya operasional (sewa, listrik), pajak, pembelian aset, dll.

Tujuan utamanya untuk memastikan bisnis atau individu memiliki cukup kas pada waktu yang tepat untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan mendanai kegiatan operasionalnya.

Manajemen arus kas sangat penting untuk memastikan kelangsungan operasional perusahaan.

Perusahaan membutuhkan kas untuk membayar gaji karyawan, tagihan pemasok, sewa, utang, pajak, dan biaya operasional lainnya. 

Tanpa manajemen arus kas yang baik, perusahaan bisa kekurangan dana untuk memenuhi kewajiban ini. Kekurangan kas bisa menghentikan operasi bisnis.

7 Tips Manajemen Arus Kas untuk Bisnis yang Lebih Sehat

(Listicle utama – berisi tips konkret dan mudah diterapkan oleh pelaku usaha.)

1. Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Memang terdengar sederhana, tapi sering dilewatkan oleh pengusaha pemula.

Mencampuradukkan keuangan pribadi dan bisnis membuat pelacakan arus kas menjadi sangat sulit dan tidak akurat. 

Anda tidak akan tahu pasti berapa banyak uang yang benar-benar dihasilkan dan dibelanjakan oleh bisnis.

Sebab itu, buka rekening bank terpisah khusus untuk bisnis Anda. 

Semua pendapatan bisnis masuk ke rekening ini, dan semua pengeluaran bisnis keluar dari rekening ini.

Gunakan kartu kredit atau debit bisnis untuk transaksi usaha, bukan kartu pribadi.

Jika Anda perlu mengambil uang dari bisnis untuk keperluan pribadi, catat sebagai ‘penarikan pemilik’ (owner’s draw) atau gaji, bukan mengambilnya secara acak.

2. Buat Proyeksi Arus Kas Bulanan

Jangan hanya menebak-nebak kondisi kas Anda di masa depan. 

Membuat proyeksi (forecast) arus kas membantu Anda mengantisipasi kekurangan atau kelebihan kas. Jadi, Anda bisa merencanakan tindakan sebelumnya.

Lakukan ini:

Buat tabel sederhana di spreadsheet untuk setidaknya 3-6 bulan ke depan.

Estimasi semua potensi kas masuk – pendapatan dari penjualan, pelunasan piutang, dll.– untuk setiap bulan. 

Bersikaplah realistis, jangan terlalu optimis.

Estimasi semua potensi kas keluar – gaji, sewa, pembelian bahan baku, cicilan utang, pajak, dll.–  untuk setiap bulan.

Hitung saldo kas akhir yang diproyeksikan untuk setiap bulan. 

Ini akan menunjukkan kapan Anda perlu menghemat atau mencari pendanaan tambahan. Atau, kapan Anda memiliki kelebihan kas untuk investasi.

3. Kelola Piutang dengan Ketat

Uang yang masih ada di tangan pelanggan (piutang usaha) belum menjadi kas di rekening Anda. 

Semakin lama waktu yang dibutuhkan pelanggan untuk membayar, maka semakin terganggu arus kas Anda.

Sebab itu, sebaiknya kirim faktur (invoice) segera setelah barang dikirim atau jasa diberikan. 

Pastikan faktur jelas, akurat, dan mencantumkan tanggal jatuh tempo serta cara pembayaran, ya.

Tawarkan berbagai metode pembayaran bagi pelanggan.

Jangan sungkan melakukan follow-up secara sopan namun tegas untuk faktur yang mendekati atau melewati jatuh tempo.

Pertimbangkan untuk menawarkan diskon kecil bagi pelanggan yang membayar lebih awal.

Terakhir, terapkan kebijakan kredit yang jelas untuk pelanggan baru.

4. Kendalikan Pengeluaran Rutin

Setiap rupiah yang bisa dihemat dari pengeluaran akan langsung memperbaiki posisi kas Anda. 

Perhatikan baik-baik ke mana uang bisnis Anda pergi.

Tinjau kembali semua biaya rutin bulanan, seperti langganan software, sewa, utilitas, biaya pemasaran, dll. 

Apakah semuanya masih diperlukan? Adakah alternatif yang lebih murah?

Negosiasikan harga dengan pemasok, terutama jika Anda adalah pelanggan setia atau membeli dalam jumlah besar.

Buat anggaran pengeluaran dan patuhi sebisa mungkin.

Tunda pembelian aset atau pengeluaran besar yang tidak mendesak jika proyeksi kas Anda sedang ketat.

5. Sediakan Dana Darurat Usaha

Sama seperti keuangan pribadi, bisnis juga perlu dana darurat. 

Ini adalah cadangan kas yang disimpan terpisah untuk menghadapi situasi tak terduga seperti penurunan penjualan drastis, kerusakan mesin penting, atau biaya tak terduga lainnya.

Jadi, tidak harus mengganggu kas operasional utama atau terpaksa berutang.

Tentukan target dana darurat yang ideal. Misalnya, cukup untuk menutupi biaya operasional penting selama 3-6 bulan.

Sisihkan sebagian keuntungan atau surplus kas secara rutin ke rekening tabungan khusus dana darurat.

Gunakan dana ini hanya untuk keadaan darurat yang sesungguhnya.

6. Gunakan Software Keuangan untuk Mencatat Arus Kas

Mencatat arus kas secara manual di buku atau spreadsheet sederhana bisa memakan waktu dan rentan kesalahan. 

Software akuntansi atau keuangan dapat sangat membantu otomatisasi dan akurasi.

Pilih software akuntansi yang sesuai skala dan kebutuhan bisnis Anda.

Saat ini sudah banyak pilihan, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Beberapa di antaranya QBook by TDC Digital, Mekari Jurnal, Accurate, dan banyak lagi.

Selalu catat semua transaksi masuk dan keluar di dalam software secara real-time.

Manfaatkan fitur laporan arus kas (cash flow statement) yang biasanya tersedia di software tersebut untuk memantau kondisi kas dengan mudah.

Lakukan rekonsiliasi bank secara rutin melalui software untuk memastikan catatan Anda cocok dengan saldo bank.

7. Cek dan Evaluasi Arus Kas Secara Rutin

Ingat, manajemen arus kas bukan tugas sekali jalan. 

Anda perlu memantaunya secara konsisten untuk memahami pola, mengidentifikasi masalah, dan membuat penyesuaian strategi.

Jadwalkan waktu khusus (misalnya mingguan atau bulanan) untuk meninjau laporan arus kas Anda.

Bandingkan arus kas aktual dengan proyeksi yang telah Anda buat. Jika ada, cari tahu mengapa ada perbedaan.

Analisis tren arus kas Anda. Apakah ada bulan-bulan tertentu kas biasanya menipis? Apa penyebabnya?

Gunakan informasi ini untuk memperbaiki proyeksi di masa depan dan membuat keputusan lebih baik terkait pengeluaran, penagihan, atau pendanaan.

Kesalahan Umum dalam Manajemen Arus Kas

1. Mengabaikan atau Lambat Mengelola Piutang Usaha

Banyak bisnis fokus pada penjualan, tetapi lalai dalam menagih pembayaran dari pelanggan. 

Beberapa kasus yang sering terjadi, di antaranya terlambat mengirimkan faktur, tidak memiliki syarat pembayaran jelas, atau enggan menindaklanjuti pelanggan yang telat membayar.

Dampaknya, penjualan yang tercatat tidak sama dengan kas di bank. 

Penundaan dalam penerimaan kas dari pelanggan secara langsung menyebabkan kekurangan kas untuk membayar biaya operasional, gaji, atau tagihan pemasok.

2. Pengeluaran Berlebihan atau Tidak Terkontrol

Ini bisa berupa pembelian aset yang tidak terlalu mendesak, biaya operasional membengkak tanpa disadari, atau pengeluaran untuk proyek yang belum tentu menghasilkan pendapatan dalam waktu dekat. 

Pemilik usaha juga terkadang mencampuradukkan pengeluaran pribadi dengan bisnis tanpa pencatatan yang jelas.

Dampaknya, menguras kas yang tersedia lebih cepat dari perkiraan. 

Akibatnya, memaksa bisnis mencari pinjaman darurat, menunda pembayaran penting, atau menghambat investasi pada peluang yang menguntungkan.

3. Tidak Membuat Proyeksi atau Perencanaan Arus Kas

Banyak pengusaha menjalankan bisnis hanya berdasarkan kondisi kas saat ini tanpa mencoba memprediksi kebutuhan dan ketersediaan kas di masa depan, misalnya 1, 3, atau 6 bulan ke depan. 

Mereka tidak mengantisipasi periode penjualan rendah, pembayaran pajak besar yang akan datang, atau kebutuhan dana untuk pembelian persediaan musiman.

Dampaknya, bisnis menjadi reaktif terhadap masalah kas, bukan proaktif. 

Kekurangan kas mendadak bisa terjadi dan menyebabkan kepanikan. Ujungnya mengambil keputusan yang buruk. 

Tanpa proyeksi, sulit untuk merencanakan investasi, ekspansi, atau bahkan sekadar memastikan dana cukup untuk operasional rutin beberapa bulan ke depan.

Atur Arus Kas, Jaga Napas Bisnis Tetap Panjang!

Seperti halnya napas bagi kehidupan, arus kas menjaga bisnis Anda tetap hidup, bergerak, dan bertumbuh. 

Mengabaikannya sama saja seperti membiarkan bisnis Anda sesak napas.

Manajemen arus kas yang efektif akan menjaga kesehatan dan ketahanan bisnis Anda. 

Mulai dari memastikan selalu ada dana untuk membayar kebutuhan penting tepat waktu, mengambil keputusan bisnis lebih baik, dan mengantisipasi kebutuhan kas di bulan-bulan mendatang.

Pisahkan keuangan, buat proyeksi, kelola piutang dan utang dengan bijak, kendalikan pengeluaran, siapkan dana darurat, manfaatkan software akuntansi, dan evaluasi secara rutin.

Yuk, mulai terapkan praktik manajemen arus kas sekarang juga! 

wpChatIcon
wpChatIcon